Minggu
pagi Zivi dijemput oleh Fauzan. Fauzan merupakan orang terdekat Zivi, awalnya
mereka pacaraan tapi karna ada masalah yang membuat mereka memutuskan untuk
mengubah pacaran menjadi hubungan sebatas teman, meski sebenarnya Zivi ragu
dengan keputusannya itu. Fauzan membawa Zivi ke rumah neneknya, karna saat itu
ada acara pernikahan tante Fauzan.
Sesampainya
di rumahnya nenek Zivi hanya duduk diam seperti orang asing yang kebingungan
mencari jalan pulang, ya itulah kebiasaan buruk Zivi, kaku dan gag PD_an. Sedangkan Fauzan sibuk membantu
jalannya acara itu. Sesekali Fauzan menghampiri Zivi yang melongo’ seperti
orang bego’. Hmm entah apa yang ada dipikiran Fauzan, hingga dia bisa cinta
dengan cewek super aneh, kadang-kadang menyebalkan, suka marah-marah gag jelas.
Apa mungkin Fauzan gag waras kali yah? Haha.
Waktu
makan siang Fauzan menghampiri Zivi dan duduk di sebelahnya. Orang-orang sedang
menikmati semua hidangan yang disiapkan orang rumah, keramaian, keceriaan
terpancar di wajah semua orang. Kedua mempelai baru saja resmi menjadi suami
istri dan siap menjalani proses pernikah dengan menjadi raja dan ratu seharian.
Iihh, gag kebayang lelahnya menjalani hari itu, duduk selama ber jam-jam
seperti patung. Kemudian Fauzan dipanggil untuk membantu, fauzan memberikan
hp_nya kepada Zivi untuk dititipkan “nong,
pegangkan hp odox ya” nong itu panggilan Fauzan untuk Zivi. Dan odox adalah
panggilan Zivi untuk Fauzan. Mmm dari pada bete’ mendingan melihat-lihat isi hp
Fauzan, itu pikir Zivi. Zivipun asik meng otak atik hp Fauzan,dan membuka
folder image. Terdapat banyak foto-foto, kebanyakan foto Fauzan bersama
teman-temannya. Setelah melihat-lihat dan mengamati, ada satu foto yang sedikit
membuat Zivi merasa gag nyaman untuk dirinya. Zivi mulai berpikir yang aneh-aneh
tentang Fauzan dan marasa keputusannya untuk menjalin hubungan sebatas teman
dengan Fauzan, keputusan yang tepat.
Setelah
hampir 30 menit Fauzan sibuk membantu dan meninggalkan Zivi sendiri, akhirnya
Fauzan datang menghampiri dan kembali duduk di sebelah Zivi, sebuah kursi di
teras rumah nenek Fauzan. Tapi Zivi mulai merasa gag nyaman dengan kehadiran
Fauzan di dekatnya, meskipun begitu Zivi berusa untuk tidak memperlihatkan
suasana hatinya saat itu yang bener-beber gag enak. Untuk menenangkan suasana hatinya
yang sedang kacau, Zivi memutuskan untuk mengirim message kepada teman dekatnya
”Deka” yang juga merupakan teman
sekelasnya. Fauzan mengajak Zivi makan “makan
yuk, udah siang ne?”, tetapi Zivi menolak dengan alasan masing kenyang “gag ah, nanti aja. Masih kenyang”, yaa
memang begitulah adanya. Akhirnya Fauzan memutuskan untuk makan duluan, karna
Zivi yang menolak diajak makan bareng. Fauzanpun menghabiskan makanan yang ada
di piring yang sedang dipegangnya.
Orang-orang
menyakan mengapa Zivi belum juga makan “lho
Zivi koq gag makan ? Sedangkan Fauzan sudah selesai menghabiskan makanannya”.
Wanita, wanita di foto itu yang membuat napsu makan Zivi menjadi hilang. Di
foto itu Fauzan dan seorang wanita terlihat mesra yang jika dipikir sebatas
teman bukanlah hal wajar, sedangkan mereka belum lama putus. Sayangnya foto itu
gag jelas dan sangat sulit untuk dilihat di tempat yang terpancar sinar
matahari dengan jelas, Zivi ngomel dalam hati “Uhh, susah banget sih liatnya?”. Tapi Zivi gag nyerah, ia terus
berpikir bagaimana caranya agar bisa melihat dengan jelas sosok wanita yang
bersama Fauzan di foto itu tanpa sepengetahuan Fauzan.
Pikiran-pikiran
jelek tentang Fauzan, terus menghampiri Zivi. Dan hal ini membuatnya merasa gag
nyaman dan ingin menjauh secepatnya dari Fauzan, bahkan untuk menjalin hubungan
sebatas temanpun rasanya gag ingin. Yaa begitulah wanita senang menyimpan
unek-uneknya yang akan menjadi bumerang, jika ia sudah lelah memendamnya dan
merasakan kepedihan sendiri tanpa satu orangpun yang tahu. Sifat wanita memang
aneh, misterius, dan sangat sulit untuk ditebak keinginannya. Tapi meskipun
begitu, laki-laki slalu membutuhkan kehadiran sosok wanita. Tanpa wanita
hidupnya hampa, bagai mandi gag memakai sabun, nyuci pakaian gag memakai
deterjen. Sedikit mengingatkan orang-orang yang malas nyuci, pakaiannya numpuk
di kamar menjadi tempat peristirahatan nyamuk dan tempat tikus-tikus bermain.
Hehe viss
Setelah
lewat dari tiga puluh menit lamanya, akhirnya Zivi mendapat ide untuk bisa
melihat dengan jelas sosok wanita di foto itu, Zivi memutuskan untuk mengetahui
siapa wanita yang bersama Fauzan di foto itu. Zivi mengaktifkan Bluetooth di
hp_nya dan mengirim foto itu tanpa sepengetahuan Fauzan. Usaha Zivi sukses,
Fauzan gag curiga sama sekali apalagi sampai tahu apa yang dilakukan Zivi dan
yang dipikirkan Zivi tentang dirinya yang tidak-tidak. Bahkan berniat untuk
menghindar dari Fauzan, memutuskan hubungan apapun agar terhindar dari sosok
Fauzan yang meskipun saat itu hubungan mereka tidak lagi pacaran tapi rasa
sayang slalu ada.
Oohh
Tuhan, Zivi kaget melihat wanita yang bersama Fauzan di foto itu. Yang tadinya
kesal, marah, dan sedikit ilfil, berubah menjadi rasa malu yang gag bisa
diungkapkan dengan kata-kata “masya Allah
bodohnya aku, mengapa aku bisa lupa dengan foto ini? Kenapa aku gag kenal
dengan diriku sendiri?” Karna sosok wanita bersama Fauzan yang ada di foto
itu adalah dirinya sendiri. Foto itu diambil saat Fauzan datang menjenguk Zivi
yang sedang sakit, di kost. Zivi adalah anak kost, menetap di kost pada
hari-hari kuliah dan pulang ke rumah hanya saat liburan. Zivi sangat malu
dengan kejadian ini, ia malu pada dirinya sendiri, ia malu karna gag kenal
dengan dirinya, malu sudah berpikiran jejek tentang Fauzan.
Salah
tingkah, itulah yang dialami Zivi setelah mengetahui sosok wanita di foto itu
yang ternyata adalah dirinya sendiri. Zivi malu dan gag tahu apa yang harus
dilakukannya, apa yang akan dilakukan Fauzan bila mengetahui hal ini. Zivi
bingung harus bagaimana, apa perlu menceritakan hal ini dan meminta maaf pada
Fauzan? Atau lupakan saja kejadian ini, toh Fauzan juga gag menyadarinya?
Adik
Fauzan membawakan makanan untuk Zivi, adik Fauzan yang tidak lain merupakan
teman Zivi. Zivipun makan dan menghibur diri yang sempat sedikit stress yang
berakibat malu sendiri. Kemudian Zivi memutuskan untuk berdiam diri dan tidak
menceritakan hal ini pada Fauzan, alasan utamanya karna malu dan takut di ejek
Fauzan. Gag lama kemudian seusai Zivi makan, ia berpamitan dengan orang rumah.
Semuanya menahan kepulangan Zivi dan memintanya untuk berada lebih lama di
tempat itu, tapi Zivi menolak dan tetap ingin pulang ke rumah, akhirnya Fauzan
mengantarnya pulang tanpa tahu kejadian yang memalukan tadi.
Cerita ini ditulis berdasarkan kisah
nyata, tempat, waktu dan suasana adalah nyata, hanya nama dari tokoh utama yang
menggunakan nama samaran. Jadi, apabila terdapat kasamaan, itu hanyalah unsur
kebetulan dan tidak disengaja karna cerita ini ditulis tanpa meniru dari apa
atau siapapun.
Cerpen ini ditulis bertujuan untuk
menyampaikan maaf atas kekeliruan dan kesalahan yang sudah beberapa bulan ini
disembunyikan dari korban pemikiran jelek si Penulis.
Penulis,
Dea
Kost, 29 November 2011
Miong